Konten [Tampil]
Salah satu berita yang sedang hangat dibicarakan akhir-akhir ini, yaitu tentang latarbelakang yang menyebabkan meninggalnya seorang mahasiswi disalah satu perguruan tinggi kota Malang. Perempuan berinisial NW diduga bunuh diri dengan meminum racun di samping makam almarhum ayahnya karena depresi.
Dilansir dari liputan6dotcom, NW disebut mengakhiri hidupnya setelah diperkosa, hamil, dan dipaksa menggugurkan kandungan. Ia juga mendapat tekanan dari sejumlah pihak terkait kondisinya. Hal ini diperkuat dari jejak yang ditinggalkan NW di media sosial, yang berisi sejumlah kisah pilunya.
Kasus yang sedang trending di media sosial ini related dengan isi materi zona 6 kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional tentang pendidikan seksualitas pada anak. Dari materi yang disampaikan oleh Kakawi Alisa dan Kakawi Nike, aku semakin menyadari betapa pentingnya memberikan pendidikan seksualitas pada anak sejak dini. Apalagi anakku perempuan, dimana mayoritas korban kejahatan seksual terjadi pada perempuan kan?
Nah, yang menjadi pertanyaan.. Jika pendidikan seksualitas pada anak sangat penting diberikan sedini mungkin, lantas bagaimana cara mengajarkannya? Apa saja yang perlu dilakukan orangtua? Mulai dari mana memberikan pendidikan seksualitas pada anak usia dini?
Begitu kan kira-kira pertanyaan yang muncul, teman? Hihi
Yuk, kita bahas yuk!
Pendidikan Seksualitas pada Anak
Islam menetapkan bahwa setiap manusia yang terlahir memiliki fitrah, salah satunya yaitu fitrah seksualitas. Maka, sudah menjadi tugas orangtua untuk menjaga fitrah anak tetap murni dan tidak merusaknya.Fitrah seksualitas sendiri dalam buku Fitrah Based Education (FBE) adalah tentang bagaimana seseorang berpikir merasa dan bersikap sesuai fitrah sebagai lelaki sejati atau perempuan sejati. Menjaga fitrah seksualitas artinya merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya. Anak perempuan mengambil peran keperempuanan dan kebundaan, sedangkan anak laki-laki mengambil peran kelaki-lakian dan keayahan.
Sedangkan pengertian pendidikan seksualitas sendiri adalah pendidikan yang bertujuan untuk memahamkan anak akan identitas dirinya, paham peran seksualitasnya, melindungi diri dari kejahatan seksual dan melindungi anak dari penyimpangan seksual.
Manfaat Mengajarkan Pendidikan Seksualitas pada Anak:
1. Mengajarkan anak untuk bersyukur kepada Allah atas pemberian tubuhnya. Dengan bersyukur anak akan lebih bisa menjaga, merawat dan menjauhkan dari yang tidak diperbolehkan.
2. Anak akan lebih memahami kodrat penciptaan laki-laki dan perempuan.
3. Anak akan lebih siap memasuki usia krusial, yaitu usia pubertas. usia dimana seorang anak akan mengalami perubahan besar dalam hal fisik maupun secara emosional.
4. Anak akan lenih memahami tentang adab yang berkaitan dengan hubungan laki-laki dan perempuan. anak lebih memahami perkara syari'at dan aqidah.
5. Anak akan lebih membentengi diri dari arus informasi yang bersifat merusak, dan anak akan mampu menjaga diri dari pergaulan bebas.
6. Orangtua dan anak akan lebih bisa menjadi sahabat.
7. Anak akan lebih bisa memahami tentang Sunnah Nabi Shallaahu alaihi wa Sallam tentang pernikahan yang sesuai dengan syari’at.
Pada usia 1-3 tahun, anak-anak dikenalkan dengan jenis kelaminnya, agar di usia 3 tahun mereka sudah mengerti apa jenis kelaminnya. Hal ini didukung dengan memakaikan pakaian atau aksesoris sesuai dengan jenis kelaminnya sehingga anak tidak bingung akan dirinya.
Indikator pada tahapan ini adalah anak dapat menyebutkan dengan jelas dan bangga akan jenis kelaminnya di usia 3 tahun dan bisa memahami perbedaan antar gender.
2. Anak akan lebih memahami kodrat penciptaan laki-laki dan perempuan.
3. Anak akan lebih siap memasuki usia krusial, yaitu usia pubertas. usia dimana seorang anak akan mengalami perubahan besar dalam hal fisik maupun secara emosional.
4. Anak akan lenih memahami tentang adab yang berkaitan dengan hubungan laki-laki dan perempuan. anak lebih memahami perkara syari'at dan aqidah.
5. Anak akan lebih membentengi diri dari arus informasi yang bersifat merusak, dan anak akan mampu menjaga diri dari pergaulan bebas.
6. Orangtua dan anak akan lebih bisa menjadi sahabat.
7. Anak akan lebih bisa memahami tentang Sunnah Nabi Shallaahu alaihi wa Sallam tentang pernikahan yang sesuai dengan syari’at.
Tahapan Mengenalkan Pendidikan Seksualitas dalam Menjaga Fitrah Seksualitas sesuai dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia 0-2 tahun
Dekatkan anak dengan Ibunya. Pada usia 0-2 tahun anak masih nyusu pada ibunya sehingga sangat membutuhkan sosok Ibu dalam tumbuh kembangnya. Menyusui adalah pondasi penguatan konsep semua fitrah.Usia 2-7 tahun
Pada tahap ini, anak didekatkan dengan ayah dan ibunya. Sehingga ayah dan ibunya harus hadir dalam pendidikan untuk mengenalkan peran Ayah dan Ibu (mengenal identitas gender).Pada usia 1-3 tahun, anak-anak dikenalkan dengan jenis kelaminnya, agar di usia 3 tahun mereka sudah mengerti apa jenis kelaminnya. Hal ini didukung dengan memakaikan pakaian atau aksesoris sesuai dengan jenis kelaminnya sehingga anak tidak bingung akan dirinya.
Indikator pada tahapan ini adalah anak dapat menyebutkan dengan jelas dan bangga akan jenis kelaminnya di usia 3 tahun dan bisa memahami perbedaan antar gender.
Usia 7-10 tahun
Periode usia ini disebut dengan Tamyis yaitu masa kanak-kanak usia akhir. Saat yang tepat untuk mulai memisahkan kamar dari orangtua, mengajarkan etika dan batasan tentang meminta izin untuk masuk ke kamar orangtua atau kamar lain, mengajarkan batasan melihat lawan jenis dan batasan aurat, mengajarkan anak tentang bab bersuci dan cara bagaimana membersihkan kemaluan.Pada usia ini anak didekatkan dengan gendernya; anak laki-laki dengan Ayahnya dan anak perempuan dengan Ibunya. Ayah mulai mengenalkan pada anak laki-laki tentang madzi dan mani di usia 9 tahun dan ibu menjelaskan tentang haid kepada anak perempuan.
Pada usia ini, anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan memahami cara pandang perempuan (ibunya), belajar memahami karakter wanita sehingga bisa menghormati dan memuliakan wanita. Sebaliknya anak perempuan didekatkan dengan ayahnya dan memahami cara pandang laki-laki (ayahnya), belajar memahami karakter laki-laki agar bisa menjadi sosok wanita yang berprinsip, teguh dan tidak mudah dirayu laki-laki.
Usia 10-14 tahun
Disebut dengan periode pre Aqil baligh. Anak-anak dijauhkan dari segala hal yang mengarah pada seks. ini adalah tahap pengujian eksistensi melalui ujian di kehidupan nyata.Pada usia ini, anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan memahami cara pandang perempuan (ibunya), belajar memahami karakter wanita sehingga bisa menghormati dan memuliakan wanita. Sebaliknya anak perempuan didekatkan dengan ayahnya dan memahami cara pandang laki-laki (ayahnya), belajar memahami karakter laki-laki agar bisa menjadi sosok wanita yang berprinsip, teguh dan tidak mudah dirayu laki-laki.
Indikator pada tahapan ini adalah persiapan dan keinginan menadi ayah bagi anak laki-laki dan menjadi ibu bagi anak perempuan.
Usia > 15 tahun
Disebut usia baligh. Waktu yang tepat untuk penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga berperan keayahbundaan. Pada tahapan ini anak sudah dibebani beban syariah, seperti anak laki-laki wajib sholat jamaah di masjid dan anak perempuan wajib memakai hijab. Serta berubah statusnya menjadi mitra orangtua. Anak sudah siap berperan sebagai ayah dan bunda sejati.Pada tahapan ini pula anak mulai diajarkan tentang ciri-ciri pubertas, tentang mahrom, tentang ancaman zina dan liwath (gay).
3 Prinsip dalam Fitrah Seksualitas yang Orangtua Perlu Tahu
1. Fitrah seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan anak sejak lahir hingga usia 15 tahun dengan figur ayah dan ibu secara utuh dan seimbang.2. Ayah berperan memberikan suplai maskulinitas dan ibu memberikan suplai femininitas. Anak laki-laki mendapatkan suplai 75% maskulinitas dan 25% femininitas, sedangkan anak perempuan 75% femininitas dan 25% maskulinitas.
3. Penumbuhan fitrah seksualitas yang sempurna akan melahirkan lelaki yang mempunyai peran keayahan sejati dan perempuan yang berperan kebundaan sejati, memiliki akhlak yang mulia terhadap pasangan dan keturunannya. Jika anak kehilangan sosok ayah atau ibu, maka arus dicarikan figur pengganti dari keluarga atau komunitas.
Insight Belajar Pendidikan Seksualitas pada Anak
Sebelumnya, aku pernah mengikuti webinar tentang pendidikan seksualitas pada anak. Tetapi saat Kakawi mengumumkan akan ada tugas kelompok untuk membagikan pengetahuan tentang pendidikan seksualitas pada anak, barulah aku benar-benar menyelami ulang ilmu-ilmu yang sudah kudapat. Bahkan aku membaca beberapa refrensi lain sebagai tambahan pengetahuan.Fokus kelompok kami pada tema “Aku dan tubuhku” (usia 0-6 tahun), tema ini sangat pas dengan apa yang sedang aku ajarkan pada anakku. Aku mengajarkan bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh siapapun kecuali aku sebagai ibunya. Dan ternyata setalah belajar banyak, aku melewatkan 1 bagian tubuh yang juga tidak boleh disentuh siapapun, yaitu mulut.
Berikut adalah insight yang ku dapat selama menyelam mencari harta karun tentang pendidikan seksualitas pada anak usia dini, yaitu:
1. Ajarkan anak tentang “Personal Space”, yaitu bagian tubuh yang tidak boleh disentuh bahkan dilihat oleh orang lain, selain ibu. 4 anggota tubuh yang termasuk dalam personal space adalah mulut, bagian dada, alat kelamin dan pantat.
2. Ajarkan anak tentang sentuhan yang dibolehkan dan sentuhan yang tidak dibolehkan. Sentuhan yang tidak dibolehkan adalah sentuhan yang memberikan rasa sakit, jijik, rasa tidak nyaman lainnya dan sentuhan pada personal space.
3. Tanamkan pada anak, seseorang yang melakukan sentuhan atau memegang personal space secara sengaja adalah orang jahat, maka yang harus anak lakukan adalah menjerit, lari menjauh, mencari pertolongan orang dewasa lainnya dan melaporkan tindakan tersebut.
Jadi, selama tantangan zona 6 ini, 3 hal di atas lah yang menjadi fokusku dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak perempuanku. Menurutku ini sangat penting, mengingat usianya sudah +3 tahun dan sebentar lagi mulai sekolah serta bergaul lebih luas dengan lingkungan.
Bukankah kita tidak bisa selalu ada untuk menjaga anak kita? Yang bisa kita lakukan adalah memberikan pondasi kuat dan mendoakan mereka. Yuk, mulai dari sekarang :)
Refrensi:
Materi Zona 6 Ibu Profesional “Fitrah Seksualitas” oleh Alisa Gumala & Nike Rakhma
Materi Kajian Growing Umma “Tarbiyah Jinsiyah” oleh Ummu Sholahuddin
Kanal Youtube Psikologi Anak : Sex Edukasi
saya setuju kalo anak memang dari kecil harus diajarkan mana area tubuhnya yang bisa dipegang mana yang gak,
ReplyDeleteSetuju banget. Anak perempuan harus diajarkan berlaku sopan, anak laki2 pun harus diajar cara berlaku sopan terutama pada lawan jenisnya.
ReplyDeleteMasyaallah lengkap banget ini mbak. Langsung aku share ke suami biar sama-sama aware dengan fitrah seksualitas ini. Jangan sampai ketika anak sudah dewasa baru menyesal
ReplyDeleteNoted mba makasih yaa infonya, selama ini ternyata saya kurang dalam mengajarkan seksualiyas pada anak-anak
ReplyDeleteYa ampun pas bangett kmrn2 aku bertanya2 mulai kapan ya aku harus ngenalin soal seks pada anak. Nah pas bangett dapat jawabannya di sini
ReplyDeleteDengan berbagai kasus pelecehan seksual yang terjadi akhir-akhir ini, setiap orangtua memang kudu mulai berani ngobrolin seksualitas sama anak ya kak. Karena emang seksualitas sebetulnya bukan hal tabu
ReplyDeleteBener nih, anak udah harus diajarkan pengetahuan seksualitas sejak dini. Mulai dari jenis kelaminnya cowok, dan sebisa mungkin mengajarkan kata malu untuk selalu menutup bagian intimnya. Hihi..
ReplyDeletePenting banget nih mengajarkan pengetahuan seksual kepada anak sejak dini. Moga anak2 kita bisa terhindar dari kejahatan seksual dan bisa menjaga diri
ReplyDeleteJadi inget lagu bu Elly Risman yang sering kuajarkan sama anak-anak. Katakan boleh dan tidak boleh pada bagian tubuh mana saja yang boleh dilihat orang lain bukan mahram.
ReplyDeleteapa lagi di zaman digital ini, ya mbak. Kita bisa dengan mudah mendpatakan informasi yang baik maupun yang buruk. Pornografi dan kejahatan seksual. anak-anak harus dibekali sejak dini tentang ini.
ReplyDeleteAku selalu suka tentang pendidikan seksualitas gini, kayaknya udah nggak setertutup dulu. Penting banget ya mba menerapkan sesuai dengan umurnya.
ReplyDeleteSubhanallah Mbak. Ini bermanfaat banget lho. Aku ada murid usia 5th, cewek blm kenal malu dan anggap dirinya msh kecil saja. Jadi aku tanamkan malu kedia karena anakku cowok malu melihat teman cewek lepas baju (saat jam olahraga) dan dia sendiri baju renangnya selalu tertutup.
ReplyDeleteDan lagi yang kami tanamkan ga boleh ada yg pegang-pegang dia, mandi bersama selain sama Ayahnya.
Lengkap sekali ini...menambah wawasan dan jadi pengingat diri saya, apalagi di tengah maraknya beberapa kasus terkait kejahatan seksual. Anakku laki-laki, 17 tahun dan 12 tahun..duh PR banget memang mengenalkan pendidikan sesksualitas ini
ReplyDeletebiasa kalau dalam diskusi malam saya itu saya sebut sebagai edukasi sex bagi anak mbak. waktu dengar kata sex langsung tuh banyak orang memiliki konotasi negatif, dari sini kami berpandangan masih banyak masyarakat yg belum begtu memahami topik yg sangat penting ini.
ReplyDeletePENTING. Gak ada lagi istilahnya pendidikan seksual itu tabu buat anak kecil. Justri sedini mungkin mereka harus diberi tahu dengan bahasa dan pemahaman mereka. Minimal mengenali bagian-bagian tubuh penting yang tidak boleh disentuh orang lain selain orang tuanya (itupun setelah minta izin).
ReplyDeletesetuju, penting banget pendidikan seksual sedini mungkin
ReplyDeletesalah satunya agar mereka terhindar dari pelecehan seksual
karena saya pernah mengalami di usia 7 tahunan dan gak paham apa yang terjadi pada saya
Aku gagal fokus sama ilustrasinya... Ciamik sore mbak... Ajarin dong... Artikelnya kalo tentang parenting, juara deh mbak sendy, hehehe
ReplyDeleteAku dikasih pengetahuan tentang seks sama mama, ketika aku tiba haid pertama. iya, penting sekali pendidik seks pada anak terutama cewe yang harus bisa menjaga diri.
ReplyDeleteSejak dini memang anak harus diberikan pendidikan seksualitas.Dulu aku mengajarkan anak-anak perempuanku tentang anggota tubuhnya.Dan kini di usia remaja, harapanku anak lebih bisa memproteksi dirinya
ReplyDeleteTernyata ada tahap2nya ya memperkenallan seksualitas pada anak2. Betul, sedari kecil kita mesti mengajarkan hal ini demi kebaikan anak2 kita. Pendidikan seks sudah tidak dianggap tabu lagi di zaman now, malah sekolah2 sudah banyak yang memiliki materi khususnya.
ReplyDeleteMembekali pengetahuan pendidikan seksualitas semenjak dini penting, misal anak 10 tahun istirahat terpisah antara laki dan perempuan
ReplyDeleteMembekali pengetahuan pendidikan dari segala bidang untuk anak memang sangatlah penting. Tak boleh dibedakan antara anak laki dan perempuan.
ReplyDeleteKeren sekali artikel parentingnya. Semoga bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Yuk mari dibaca dengan seksama.
ReplyDeleteAh iya, sedih banget ngikutin berita tenhang kasus bundir itu. Lebih sedih lagi bahwa ternyata kebanyakan pemikiran orang ialah pihak yanh harus diajarkan menjaga diri cuma perempuan. Padahal laki-laki juga harus diajarkan menjaga dirinya untuk tidak 'menyakiti' lawan jenisnya.
ReplyDeleteSampai saat ini masih banyak orang tua dan masyarakat yang merasa tabu dan apatis untuk membicarakan seksualitas kepada anak. Padahal ini cukup krusial terlebih ketika sang anak beranjak remaja
ReplyDeleteInilah pentingnya pendidikan. Utamanya pula membaca atau mau belajar dari berbagai buku-buku.
ReplyDelete